Apa Sih yang Terjadi Pada Tubuh Saat di Pesawat Terbang?

Ada banyak hal yang menghantui kita saat naik pesawat, seperti misalnya rasa tidak nyaman karena duduk di kursi yang sempit, gangguan tidur, hingga rasa makanan yang hambar. Namun tahukah Anda, badan kita ternyata memiliki cara tersendiri untuk bereaksi dengan keadaan sekitarnya ketika berada di dalam pesawat, tanpa kita sadari.

Berikut ini beberapa respon tubuh kita ketika berada di dalam pesawat terbang. Ketahuilah dengan baik agar Anda dapat mempersiapkan kondisi tubuh semaksimal mungkin di penerbangan berikutnya.

Meningkatnya jumlah gas dalam tubuh

Semakin tinggi pesawat terbang, maka semakin turun pula tekanan di dalam kabin. Sementara tubuh manusia terisi oleh limpahan gas yang bereaksi menetralkan penurunan tekanan tersebut selama di dalam pesawat. Tak heran, jika akhirnya gas tubuh mengalami peningkatan, terutama pada bagian usus dan pencernaan. Dampaknya, tubuh kita akan mengalami kram, kembung, hingga konstipasi. Fluktuasi gas juga dapat memengaruhi sinus dan telinga yang menyebabkan terhambatnya udara ketika proses penyesuaian selama terbang di ketinggian tertentu. Namun, Anda tak perlu khawatir karena Anda hanya perlu menguap untuk mengatasi masalah ini.

Foto: News Magazine

Merasakan sakit dan nyeri

Cairan dan gas di dalam sistem peredaran darah dan sendi ternyata juga dapat bereaksi dengan menebal ketika kita berada dalam perjalanan udara. Hal ini mengakibatkan adanya ekstra tekanan antar sendi yang memicu rasa sakit hingga nyeri. Bagi Anda penderita radang sendi, seperti arthritis juga patut waspada. Penerbangan jarak jauh dapat membuat tubuh Anda seakan mengalami pembengkakan, namun sebenarnya itulah mekanisme proteksi dari sistem saraf dan juga persendian.

Foto: Shutterstock

Rentan pilek

Perlu Anda ketahui, sekitar setengah udara dalam kabin akan diedarkan kembali ketika pesawat sedang menempuh perjalanannya, sehingga sistem imun akan secara terus-menerus terpapar bakteri yang beterbangan di pesawat. Tak heran jika akhirnya kita menjadi 100 kali lebih rentan terhadap selesma. Oleh karena itu, persiapkan tubuh Anda dengan mengonsumsi makanan sehat dan berolahraga secara teratur sebelum menempuh perjalanan dengan pesawat terbang. Jangan lupa, mencuci tangan secara berkala atau gunakan hand sanitizer untuk meminimalkan risiko tertular virus dan bakteri.

Foto: Per Second News

Mudah haus dan lelah

Tubuh kita akan kehilangan air sekitar 1,5 liter dalam penerbangan berdurasi 3 jam. Kelembapan udara pun berkurang sebanyak 4%, demikian pula dengan kelembapan kulit yang mampu menghilang dengan begitu cepat. Menempuh perjalanan dengan pesawat terbang juga dapat mengeringkan kelenjar lendir dalam mulut, hidung, dan tenggorokan sehingga memicu haus dan bau napas tak sedap.

Anda juga akan lebih mudah mengalami dehidrasi, cepat lelah, kehilangan fokus, dan sakit otot. Tak hanya itu, pergerakan Anda juga akan jauh lebih lambat karena rendahnya level oksigen di ketinggian ekstrem. Biasanya, kabin hanya diberi tekanan sebesar 75% atmosfer normal. Rendahnya kadar oksigen dalam darah atau yang dikenal dengan sebutan hypoxia dapat menyebabkan pusing, mual, lelah, dan sakit kepala.

Ada baiknya jika Anda menghindari asupan alkohol saat terbang, karena dapat memperburuk situasi tubuh. Minumlah sebanyak mungkin air putih dan gunakan pelembap kulit secara berkala.

Foto: Going Global TV

Tubuh jadi lebih kaku

Duduk terus-menerus dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kakunya otot dan sendi. Inilah alasan mengapa para penumpang pesawat terbang sering mengalami bengkak di pergelangan kaki hingga pembekuan darah (untuk kasus yang lebih parah). Ada baiknya jika Anda tetap aktif ketika terbang, sehingga membantu kelancaran sirkulasi tubuh. Gerakan melenturkan pergelangan tangan dan menggerakkan kaki secara berkala setiap jamnya juga dapat meningkatkan asupan oksigen dalam darah. Bahkan, jika memungkinkan Anda dapat melakukan yoga di kabin bagian belakang.

Foto: Iberia

Mati Rasa

Sebuah penelitian di tahun 2010 lalu menyebutkan, tubuh kita akan kehilangan 30% perasa manis dan asin di ketinggian ekstrem yang disebabkan oleh penguapan kelenjar lendir, yang mempengaruhi indera perasa dan penciuman. Faktanya, sekitar sepertiga papila lidah manusia akan mati rasa ketika berada di dalam pesawat terbang.

Foto: YouTube

Kacaunya jam tubuh

Anda pasti sudah sering mendengar istilah jet lag, bukan? Tahukah Anda, bahwa hal ini lumrah terjadi terutama ketika Anda terbang melintasi dua atau lebih zona waktu yang menyebabkan jam tubuh gagal beradaptasi terhadap peningkatan waktu di siang hari. Pada kenyataannya, otak kita cenderung bekerja selama 25 jam alih-alih 24 jam sehari. Agar terhindar dari masalah ini, cobalah untuk memulai tidur siang dan tidur lebih awal dari biasanya sebelum menempuh perjalanan jauh.

Foto: Skylux Travel

Terpapar radiasi kosmik

Ketika Anda berada dalam penerbangan selama 7 jam, maka Anda akan terpapar radiasi sebesar dosis sinar X. Saat ketinggian meningkat, maka radiasi kosmik turut meningkat karena proteksi atmosfer bumi semakin berkurang.

Batasan radiasi yang dapat diterima tubuh manusia selama 1 tahun hanya sejumlah 1 mSv. Dosis ini setara dengan penerbangan dari London ke Singapura, lalu ke Melbourne sebanyak 23 kali. Awak pesawat yang secara reguler terbang menempuh 10-20 jam per minggu dapat dengan mudah melampaui dosis tersebut. Meski demikian, jangan jadikan hal ini sebagai alasan untuk berhenti bepergian jika Anda seorang pebisnis ataupun traveler sejati.