Yuk, Kenal Lebih Dekat Tentang Stunting yang Jadi Topik Debat Cawapres 2019


Debat Calon Wakil Presiden (Cawapres) 2019 antara Ma’ruf Amin dan Sandiaga Uno memanas ketika tiba di segmen ke-lima debat kandidat. Saat itu, cawapres dari kubu nomor urut 01, Ma’ruf Amin bertanya tentang program Sedekah Putih yang digadang-gadang oleh pasangan capres dan cawapres nomor urut 02, yakni Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Dengan tegas Sandi menjelaskan, bahwa sedekah putih merupakan program pembagian susu bagi anak-anak yang mengalami kekurangan asupan gizi. Sementara Ma’ruf Amin beranggapan, program sedekah putih kurang tepat untuk anak-anak yang mengalami kasus stunting. Keduanya pun sempat berdebat terkait definisi stunting atau kondisi kekerdilan yang kerap terjadi pada bayi di bawah lima tahun tersebut. 


Stunting
Foto: Pexels

Stunting tidak sama dengan anak berbadan pendek

Perlu diketahui, stunting merupakan salah satu masalah kesehatan yang saat ini banyak dihadapi oleh masyarakat Indonesia dengan angka yang mencapai hingga lebih dari 30 persen. Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Aman Bakti Pulungan pernah mengatakan, stunting adalah sesuatu yang berbeda dengan anak berbadan pendek. Setidaknya, ada dua syarat untuk menyebut seorang anak sebagai penderita stunting, yakni mengalami infeksi kronis dan malnutrisi.

Aman menyebutkan, tidak semua anak-anak yang bertubuh pendek dapat disebut mengalami stunting, karena anak bertubuh pendek terbagi dalam tiga kategori, yaitu pendek tapi gemuk, pendek tapi sehat, dan pendek tapi kurus. Sementara penanganan stunting hanya dapat dilakukan kepada anak-anak yang bertubuh pendek dan kurus, bukan pendek tapi sehat dan pintar. Jadi, jangan pernah sekalipun menyebut anak sehat tapi tidak tinggi dengan stunting.

 
Stunting
Foto: Youtube

Stunting dilihat dari pertumbuhan bayi sesuai tinggi atau berat badannya

Pakar nutrisi dan metabolik anak dokter Damayanti Rusli Sjarif pernah juga menjelaskan, gagal tumbuh adalah kondisi tubuh anak yang tidak dapat mempertahankan, menerima, atau memanfaatkan kalori untuk menambah berat tubuhnya. Dengan kata lain, kondisi yang dalam istilah kedokteran disebut dengan failure to thrive atau weight faltering ini membuat pertumbuhan seorang bayi yang dilihat dari tinggi atau berat badannya jauh dari kondisi normal yang direkomendasikan oleh WHO.

Damayanti menyebutkan, ciri-ciri gagal tumbuh pada tahap awalnya hanya ditandai dengan grafik berat badan bayi yang tidak mengalami kenaikan selama dua bulan berturut-turut, cenderung stagnan, bahkan menurun. Dokter dari RSCM Jakarta ini juga mengungkap, pertumbuhan itu hanya dapat diketahui melalui grafik KMS (Kartu Menuju Sehat) atau KIA (Kartu Kesehatan Ibu dan Anak) yang tersedia di rumah sakit dan posyandu. Grafik tersebut mengukur dan menimbang pertumbuhan bayi berdasarkan jenis kelaminnya, umur, lingkar kepala, dan lain sebagainya. Penelitian di banyak negara termasuk Indonesia menunjukkan, rata-rata anak gagal tumbuh mulai terlihat tandanya saat memasuk usia tiga bulan.

Orangtua disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter anak ketika kondisinya mulai menunjukkan ciri-ciri gagal tumbuh. Menurut Damayanti, gagal tumbuh bisa disebabkan karena kurangnya asupan ASI atau paparan suatu penyakit. Pada kondisi akut, gagal tumbuh bisa semakin parah dan dapat mengakibatkan gizi buruk, sedangkan dalam kondisi kronis, gagal tumbuh menjadi penyebab utama stunting.

Stunting
Foto: Breast Support Feeding

Stunting adalah penyebab terhambatnya pertumbuhan otak 

Jika kondisi gagal tumbuh seorang anak tidak ditangani dengan baik, maka akan berdampak pada stunting yang membuat pertumbuhan otaknya terhambat atau tidak maksimal. Tentu saja, kondisi ini terbilang sangat berbahaya, karena setelah melewati usia dua tahun, otak seorang anak tidak akan bisa lagi dikoreksi atau diperbaiki dengan cara apapun. Artinya, kondisi tersebut tidak bisa kembali normal dan IQ anak otomatis berkurang. 

Stunting
Foto: Kementrian Kesehatan

Angka stunting di Indonesia mengalami penurunan

Nila F. Moeloek, Menteri Kesehatan Republik Indonesia menyatakan, bahwa angka stunting di Indonesia telah mengalami penurunan menjadi 30,8 persen, menurun sekitar 6,4 persen sejak lima tahun terakhir. Turunnya angka stunting tersebut didapat dari hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, di mana angka kematian ibu menurun secara signifikan sejak 2015 hingga September 2018. 

Stunting
Foto: Visually



Perlu diketahui, pada tahun 2015 silam, sebanyak 4.999 kematian ibu terjadi di Indonesia. Angka itu kemudian sedikit menurun di tahun 2016 dengan 4.912 kematian, terus menurun hingga 2017 menjadi 4.295, dan akhirnya menyentuh angka 2.355 pada September 2018 lalu.

No comments:

Post a Comment